09 Mei 2009

URGENSI AQIDAH AKHLAQ DALAM TATANAN SOSIAL

Firman Allah dalam surat yunus ayat 57:
“Wahai manusia, telah datang kepada kamu (Qur’an) sebagai pengajaran dari Tuhanmu, obat bagi (penyakit) jiwa dan petunjuk serta rohmat bagi orang-orang yang mukmin.”

Berbicara masalah tatanan sosial, maka tidak terlepas dari kehidupan manusia, yang seringkali dijangkiti dengan berbagai penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya: faktor budaya, perkembangan peradaban manusia, kebebasan yang tak terkendali, serta kebutuhan hidup yang tak terkontrol.

Karena itu, maka tidaklah mengherankan jika dalam kehidupan manusia seringkali dijumpai beragam penyakit: baik itu berkaitan dengan dunia narkoba, free-sex ataupun adanya penyakit hati seperti: penyakit serakah, angkuh, egois, ataupun seseorang yang menghalalkan segala cara tanpa perduli benar/salah-haram/halal-baik/buruk.

Melihat fenomena diatas maka aqidah akhlaq menempati posisi yang terpenting dalam tatanan kehidupan yaitu sebagai alat pengendali, pengekang, pengontrol, evaluator sekaligus sebagai penyelamat dari tatanan yang salah, pilihan yang tidak benar, serta kehidupan yang tidak terkontrol.

Jika kita mau jujur, maka kita akan menyadari bahwa rusaknya tatanan kehidupan ini disebabkan oleh rusaknya aqidah dan akhlaq manusia. Maka aqidah akhlak menjadi sangat penting karena bersumber dari Al-Qur’an dan Assunnah yang mencakup berbagai tatanan yang berkenaan dengan semua aspek kehidupan manusia. Antara lain:
  1. Perbaikan tentang aqidah
  2. Perbaikan tentang ibadah
  3. Perbaikan tentang akhlaq
  4. Perbaikan masyarakat
  5. Perbaikan tentang politik
  6. Perbaikan ekonomi
  7. Perbaikan tentang kedudukan wanita
  8. Perbaikan mengenai peperangan
  9. Memberantas perbudakan
  10. Memerdekakan akal pikiran
  11. (Prof. Abdul Adzim Azzarqoni. Maha Guru Ilmu Al-qur’an dan hadits Univ. Kairo, Mesir)
Belum lagi khusus tentang akhlaq yang meliputi:
  1. Akhlaq terhadap Allah
  2. Akhlaq terhadap diri sendiri
  3. Akhlaq terhadap keluarga
  4. Akhlaq terhadap masyarakat
  5. Akhlaq terhadap lingkungannya
Suatu contoh dalam satu sudut terbatas misalnya; akhlaq terhadap diri sendiri yang paling tidak mengandung unsur:
  • Sabar (Lihat surat Al-Baqoroh:153)
  • Syukur (Lihat surat An-nahl: 14)
  • Tawadhu’ : Rendah hati/tidak sombong. (Lihat surat Al-luqman:18)
  • Benar (Lihat surat at-taubah: 119)
  • ‘Iffah : yakni menahan diri dari yang terlarang.
  • Khilman : menahan marah.
  • Amanah : dapat dipercaya
  • Syaja’ah : berani karena benar
  • Qona’ah : merasa cukup dengan apa yang ada
Kiranya pembahasan ini tidak cukup sampai disini. Masih banyak alasan yang harus kita ketahui akan pentingnya aqidah-akhlaq dalam tatanan kehidupan manusia.
Mudah-mudahan catatan sederhana ini bermanfaat (Aamiin). Selebihnya kita harus memenuhi perintah Allah SWT yang berbunyi: “IQRO’ (Bacalah!).”
(Sebuah komposisi sederhana yang disajikan dalam SEMARAK RAMADHAN DAN IDUL FITRI 1423 H -FORUM KOMUNIKASI REMAJA MASJID (FKRM) Masjid An-nur Anjasmoro Lawang, 19 Romadlon 1423 H)

GHODOB, HASAD, GHIBAH, NAMIMAH

Ada beberapa sifat/ karakter yang harus kita hindarkan:
  1. Ghodob (marah)
    • Menurut bahasa: keras, kasar, padat.
    • Menurut istilah: sikap seseorang yang mudah marah karena tidak senang terhadap perlakuan atau perbuatan orang lain, mudah tersinggung. Amarah selalu mendorong manusia bertingkah laku jahat dan buruk. Seseorang pemarah tergolong lemah imannya, karena berpandangan picik, tidak dapat mengendalikan nafsu, sebaliknya seseorang yang berpandangan luas, ia akan dapat mengendalikan nafsunya dan bersikap arif dalam menyelesaikan masalah.

    Rasulullah SAW bersabda:
    “Sebenarnya marah itu dari setan, dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api dan api itu dapat dipadamkan dengan air, maka jika salah seorang diantara kamu marah, hendaklah wudlu.”

    Jika tidak dilalukan, marah akan menghilangkan akal yang sehat, tidak memaafkan walau sekecil apapun kesalahan orang lain. Padahal pemaaf adalah yang baik.
    Firman Allah surat Ali Imran ayat 134:
    “… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang yang berbuat baik.”

  2. Hasad (dengki) secara bahasa berarti menaruh perasaan benci, tidak suka karena iri yang amat sangat akan keberuntungan orang lain atau secara istilah usaha seorang untuk mempengaruhi orang lain untuk membenci keberuntungan orang yang tidak ia sukai. Penyakit hasud ini karena adanya permusuhan atau persaingan untuk saling menjatuhkan. Maka penyakit hasud ini adalah merupakan penyakit rohani yang sangat berbahaya, apabila dibiarkan akan dapat merusak dan menghilangkan semua amal.

    Nabi Muhammad SAW bersabda:
    “Jauhkan dirimu dari sifat hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan ibarat api memakan kayu bakar”

    Firman Allah surat Al Falaq ayat 1–5:
    Artinya:
    Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki apabila ia dengki".

    Karenanya penyakit hasad ini haruslah kita hindari. Gagal dalam usaha, kalah dalam pertandingan, tersingkir dalam persaingan jangan sampai membuat hati sakit tetapi hendaklah berpulang kepada Allah sebagaimana firman Allah SWT surat Ali Imran ayat 159:
    “… Maka apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

  3. Ghibah dan Namimah
    Dalam bahasa ghibah berarti menggunjing, membicarakan kejelekan dan kekurangan orang lain di dalamnya satu keinginan untuk menghancurkannya. Berbeda dengan melaporkan pelaku kejahatan kepada penegak hukum.

    Firman Allah SWT surat Al-Hujurat ayat 12:
    “… Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. …”

    Sedang namimah adalah merupakan penyakit rohani yang tidak kalah besar akibat buruknya dari penyakit rohani yang lain. Karena namimah bersifat fitnah dan adu domba. Bisa membuat pertikaian perorangan antar kelompok, bahkan bisa menumbuhkan peperangan antar negara, saling membunuh satu sama lain karena namimah.

    Dalam kitab Riadhus Shalihin disebutkan bahwa:
    “Namimah adalah merekayasa omongan untuk menghancurkan sesama manusia”

    Allah berfirman dalam surat Al-Qolam ayat 10-13:
    “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain itu (juga) terkenal kejahatannya…”

    “Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah SAW melewati dua makam, lalu Nabi bersabda. Sesungguhnya dua orang yang ada di kubur ini disiksa. Salah seorang diantaranya disiksa karena selalu mengadu domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi karena tidak bersih ketika bersuci (dari buang air kecilnya).”
    (H.R. Bukhari Muslim)
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah.
Kita memohon kehadirat Allah agar dihindarkan dan dijauhkan dari penyakit Ghodob, Hasad, Ghibah dan Namimah, agar kita terhindar dari siksa dan selamat fiddunya wal akhirah. Aamiin ya mujibassailin.